top of page

Generasi iPad, Keresahan Hati & Project Youtube

"Kalau anak tahun 90an generasi video game, anak sekarang generasi iPad. Coba liat aja sebelah2 kalau makan di resto"

Kurang lebih begitu isi pembicaraan kami beberapa waktu yang lalu dengan teman-teman kami. Menarik diamati memang, dan memang ada benarnya. Beberapa bulan lalu kami makan di salah satu resto yang terkenal akan makanan khas Indonesianya di mall. Kami memesan beberapa menu dan duduk menunggu sambil menghibur si kecil yang sedang kelaparan, dengan kertas dan pulpen untuk dia coret-coret. Tidak selang beberapa lama, tampak satu keluarga dengan nanny mereka masuk ke dalam ruangan kami. Keluarga itu bisa dibilang keluarga muda, mungkin orang tuannya seumur kami atau mungkin sekitar 30-40an, anaknya pun masih kecil sekitar 4-5 tahun.


Saya yang dari kecil sukanya mengamati orang - waktu kuliah teman kost mendapati saya sedang mengamati beberapa lampu merah yang menyala bersamaan dan kemungkinannya - hal ini menarik bagi saya. Keluarga tersebut pun langsung duduk di posisi masing-masing, dengan nanny / suster mereka duduk di sebelah bayi. Mereka pun mulai memilih makanan dan memesan beberapa makanan. Setelah proses memesan makanan selesai, tampak si ayah sibuk di tasnya, ingin mengeluarkan sesuatu. Beberapa detik kemudian barang tersebut keluar, sebuah ipad, lengkap dengan sillicone case yang mampu membuatnya berdiri. Sang ayah meletakkan persis di depan anaknya, membuka youtube, dan boom seperti sebuah sihir, anak mereka langsung duduk diam penuh harapan dan ceria. Tidak lama, sebuah pemandangan yang tidak asing, ayah dan ibu mereka sibuk melihat hp masing-masing, dan anak melihat iPad tercinta dengan sus di sebelah yang tidak punya pilihan lain selain ikut nonton.



Dari awal komitmen kami sejak si kecil masih sangat kecil, kami berkomitmen untuk tidak memberikan gadget kepada si kecil. Kami ingin dia bisa tumbuh tanpa harus full gadget, dan kami berharap bisa. Tapi kata orang manusia harus bisa menyesuaikan diri apabila ingin berkembang dan itu benar terjadi sejak masa pandemi. Sejak masa pandemi bergulir, otomatis anak kami tidak bisa main ke luar, aktivitas dia benar-benar terbatas. Akhirnya kami mulai memberikan atau mengenalkan acara Nick Jr kepada dia dari TV, waktu itu seingat kami acara yang mulai menarik dia adalah Blues Clues, Bubble Guppies, & Butterbean Cafe karena banyak lagunya. Tapi acara2 ini dia mulai bosan dan karena ini TV maka ketika dia minta acara tertentu jadi tidak bisa - sama seperti waktu kita dulu mau nonton acara Doraemon kesayangan, harus tunggu di minggu pagi - akhirnya kami mengalah, dia bisa menonton sesuatu yang kami anggap sebagai kotak pandora - YOUTUBE KIDS.


Hal ini terus berlanjut ketika si kecil mulai sekolah atau pre-school. Sekolah offline waktu itu bukanlah sesuatu opsi, semua harus online, hampir semua sekolah memberikan free trial atau pun sekolah bulanan dengan beragam tema, si kecil pun excited untuk belajar hal baru. Tapi dia harus sekolah dimana, masak dia harus sekolah via hp kecil ? untuk PC sedang dipakai papa untuk kerja karena harus wfh, sedangkan laptop dipakai mama untuk kerja wfh juga. Akhir kata, kita pun mengijinkan dia menggunakan iPad. Selamat datang di iPad Club nak, mungkin begitu kata teman-teman lainnya. Namun paling tidak, hingga saat ini kami memberikan batasan yang sangat ketat kapan dia boleh pakai iPad dan kapan boleh menonton Youtube, sisanya dia harus bermain secara fisik. Untungnya dia setuju, walaupun kadang harus diikuti acara tangis-menangis.


Di sisi lain kami juga aktif memberikan dia aktivitas atau mengajak dia beraktivitas di luar ruangan. Kami juga membuat tulisan akan tempat rekomendasi aktivitas anak di Bali lho, kalau belum pernah lihat bisa klik link di bawah ini :


KERESAHAN HATI


Ketika si kecil menonton youtube, kalian sebagai orang tua pasti was-was (mungkin) karena berita di sekitar kalian bahwa tidak semua video benar-benar ditujukan khusus untuk anak. Pengaruh buruk yang masuk ke otak anak ketika mereka kecil adalah sesuatu yang pasti kalian ingin hindari sebisa mungkin. Beragam video dengan beragam motivasi dapat masuk ke youtube setiap detik, dan kita sebagai orang tua tidak tahu bagaimana reaksinya terhadap anak kita, apakah ini mendidik ? apakah ini menghibur ? atau apakah ini malah merusak ?


Apabila kalian tahu, di internet beberapa waktu lalu terkenal akan skandal bernama Elsagate dan ini bisa membuat kalian berpikir ratusan kali sebelum memberikan youtube ke anak kalian. Bagi yang belum tahu silahkan google "Elsagate" tapi secara singkat ini adalah beragam video di youtube kids yang menunjukkan kekerasan, seksualitas, perilaku buruk, kekejaman dan hal-hal negatif lainnya yang lolos dari filter youtube. Dan ironisnya ini telah dikonsumsi oleh jutaan anak di seluruh dunia sebelum akhirnya ditutup oleh youtube.


Namun kami merasa secanggih apapun filter dari youtube, video yang memiliki pengaruh buruk ke anak kalian akan selalu ada. Kami pernah mendapati ada video review mainan dimana pembuat video memotong-motong play dough berbentuk kaki, untungnya kami langsung blok dan report video tersebut. Atau di beberapa video lainnya kami mendapat video yang jelas dibuat bukan untuk tujuan mendidik atau menghibur, namun untuk tujuan clickbait dan uang. Sangat disayangkan tapi kami paham beragam motivasi timbul pada pembuatan video youtube.


PROJECT YOUTUBE - KELUARGA HAZEL

Inspirasi Keluarga Cemara

Kalau kalian generasi tahun 90 kebawah, pasti tidak asing dengan film Keluarga Cemara. Banyak anak Indonesia terpesona dengan film tersebut, dan seingat kami film tersebut sangat populer. Saya sendiri menonton acara tersebut, bukan penggemar yang setiap saat menonton tapi beberap kali menonton saja. Namun kalau dipikir kembali sekarang, konsep dari film ini sangat-sangat bagus untuk anak kecil. Mereka membagikan nilai-nilai moral, edukasi dan hal positif lainnya kepada anak-anak melalui cerita sehari-hari keluarga ini.


Inspirasi Aneka Buku

Kebetulan dari tahun lalu kami mengenalkan buku ke si kecil. Bukan hanya sebagai pengantar tidur tapi juga sebagai informasi tambahan yang perlu dia ketahui. Kalau ditanya buku apa yang kami bacakan untuk dia sekarang, mungkin ini :

  • Usborne | First Experience And Farmyard Tales

  • Cornelia Spelman | When I Feel

  • Kay Barnham | Everyday Feelings

  • Watiek Ideo | Seri Kimi & Kino

  • Dan beberapa buku lainnya


Youtube Channel Cerita Tiga

Kedua inspirasi diatas, membuat kami mulai berpikir, kenapa kok kita tidak buat juga channel youtube ya ? Konsepnya sederhana, kita buat seri edukasi anak dari cerita kehidupan sehari-hari sebuah keluarga yang terdiri dari 3 orang, sama seperti kami. Isinya atau materialnya bisa dari pengalaman kami dengan si kecil dan apa yang bisa kami bagikan untuk kalian. Ataupun hal-hal edukatif dan positif lainnya yang kami dapatkan dari banyak hal setiap harinya. Channel ini nantinya pun tidak hanya sebatas edukasi anak, mungkin akan bisa berkembang menjadi video blog kami juga.


Kami tidak tahu apakah channel ini akan seperti apa nantinya, apakah menjadi channel yang sepi atau ramai, channel yang membosankan atau menarik tapi YUP selamat datang di Channel Youtube Cerita Tiga! Semoga kami bisa memberikan edukasi kepada anak-anak di Indonesia. Kalau mau tahu channelnya bisa klik dibawah ini ya.





bottom of page